14.6.19

Pen-citra-an


Sebelum membaca ini gue cuman ngasih tau alasan gue nulis malem-malem gini. Otak gue lebih encer kalo malem, kalo siang mendadak beku. Heran? sama gue juga haha

Istilah ekspektasi tak sesuai dengan realita sering banget kita dengar, terlepas dari hal tersebut banyak realita berkonotasi negatif. Hal ini terjadi karena ekspektasi yang terlalu tinggi dan usaha yang kurang maksimal. Lalu apa hubungannya dengan pencitraan? (Mereka sebenarnya tak terhubung, cuman melalui sel-sel yang ada diotak gue, gue memaksa mereka saling terhubung haha).

Foto diatas adalah kondisi meja belajar gue, terlihat rapi dan bersih. Kira-kira apa yang terlintas di pikiran kalian kalo ngelihat hal tersebut? Macam-macam pastinya ya kaan? mulai dari yang positif hingga negatif. Bisa jadi positifnya gini, "Wah, rajin banget si nisa" kalo negatifnya "Mau belajar aja musti foto, dasar sok pamer". 1000 orang yang ngelihat postingan lo, 1000 juga alasannya.
Apakah gue sering posting hal seperti ini? jawabannya sering tapi itu dulu sebelum gue peduli dengan komentar-komentar orang. Lalu sekarang? ya gak lah coy, gak penting juga posting beginian.

Dulu ketika gue sering "dikit-dikit posting status" dari hal yang penting sampai gak penting, terlihat dari postingan blog gue diawal-awal haha. Lalu, Abang gue bilang, "Orang-orang yang sering bikin status adalah orang-orang yang sibuk cari perhatian!" secara gak langsung nyindir gue dong. Padahal gue dapat perhatian full dari orang-orang sekitar gue, semakin kesini gue mulai pelajari hal-hal tersebut. Ternyata bener, kebanyakan orang-orang yang bikin status adalah orang-orang yang mencari perhatian biar chatnya gak sepi. Kalo gue mah bodo amat, mau chat sepi atau rame, gue punya dunia sendiri buat gak peduli. sehingga gue sering ditegur teman-teman gue karena sering gak bales chat.
Lalu maksud foto diatas apa?
Jadi begini, sebenernya itu bukan meja belajar dikamar gue, melainkan dikamar abang gue. Kenapa gue lebih milih belajar disini? Pertama, karena penghuninya lagi gak dirumah, kedua, kalo malem disini dingin. Ketiga, nah ini yang penting, Nyaman!. Lanjut lanjut...Berhubung gue lagi nulis tugas akhir (yang tak kunjung kelar) gue udah ngumpulin niat nih buat ngerjainnya, cuman ya gitu ketika niat udah 100 tapi semangat mendadak turun berangsur-angsung mendekati nol. Nah, seketika otak gue bekerja buat ngambil foto buat postingan instagram dengan maksud dan tujuan biar semangat gue tetap konstan. Namun, alarm gue bunyi, "Ntar kalo posting beginian gue dikira pencitraan lagi". Karena gue sering komentar begituan kalo lihat postingan orang-orang haha. Jahat ye? Maaf keun annisa yaaa.

Berhubung otak gue lagi (setengah) encer, muncul-lah ide untuk caption bijak atas pemikiran yang singkat ini. dari ide caption mucul ide buat postingan blog begitu seterusnya.
Jadi begini, memposting sesuatu cukup yang sewajarnya. sewajarnya gimana? contohnya yang gue bahas ini, memposting meja belajar agar terlihat rajin padahal sendirinya cuman buat pamer dan ngasih tau orang-orang "gue lagi belajar loooh". Posting buku yang ada kacamatanya semata-mata ingin terlihat seperti kutu buku. Pencitraan huh?

Emang, setiap orang punya hak dan kebebasan buat memposting sesuatu. Gue gak ngelarang, cuman gue mau berpendapat aja. boleh dong ya?
Begini, memposting hal yang tak sesuai realita, selain bohong ke orang lain, ke diri sendiri juga bohong dong? kasihan banget!
Posting sesuai realita, gak bohong ke diri sendiri, tapi lagi butuh perhatian ya? pengen banget nunjukin keorang-orang.
(seketika orang-orang blacklist gue haha)
Yang kasihan itu diri sendiri manteman. Yang kita lakukan semata-mata hanya pencitraan sehingga terbangunlah ekspektasi dari orang-orang bahwa kita udah menjadi yang terbaik. Tapi, sendirinya gak sesuai realita. Hidup sia-sia dong kalo yang dibutuhkan hanya ekspektasi orang-orang didunia aja. Ntar realitanya di akhirat, malah kecewa.
Coba deh, setelah baca postingan ini manteman termasuk gue berpikir lagi, masih banyak loh diluar sana orang-orang yang lebih hebat dari kita. kenapa kita mesti pamer?
"Oh mungkin takdirnya dia begitu". Oke-oke, gak usah kita bandingkan sama orang lain. Gimana kalo sama ini, masih ada alasan gak?
Allah aja yang punya segalanya, gak pernah pamer sedikitpun. Malahan kita sebagai manusia yang gak bersyukur, di turunkan hujan ngeluh, dikasih panas ngeluh.
Kesimpulannya, cukup segala sesuatunya hanya diri kita dan Allah yang tahu, karena gak penting juga orang-orang tau kegiatan kita. Kenapa Allah ngasih otak buat manusia? biar si manusia tersebut bisa ngerekam kejadiannya dalam memori panjangnya, daripada status yang habis dalam 24 jam.

xoxo, Annisa
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar